“Kau ku kenang wahai..Bunga Putera Bangsa..”
Sayup – sayup alunan melodi iringan ritual Mengheningkan Cipta tersebut menghampiri telinga. Terasa syahdu dan menggetarkan jiwa. Seolah kembali pada memoar para tetua yang kala itu mengangkat senjata demi kemerdekaan negeri kita tercinta, Indonesia. Dan mereka BERHASIL !!
Kini, saat ini, kita tidak perlu lagi bersusah payah membuat bambu runcing, tidak lagi harus berlari kocar – kacir ketika penjajah menyerang, tidak juga harus bersembunyi di dalam ruang bawah tanah untuk menghindari tembakan dan ledakan bom.
Tapi sayangnya, kita harus tetap bertahan dari serangan penjajah yang menyusup melalui celah-celah budaya dan modernisasi yang jarang kita sadari. Ya, kita sedang terjajah. Bahkan dari negeri sendiri.
Berhentilah berbicara tentang nasionalisme ketika diri kita pribadi tidak pernah benar-benar berpikir tentang kesejahteraan dan pemerataan. Indonesia tidak hanya Saya dan Presiden. Indonesia juga bukan hanya legislatif dan eksekutif. Indonesia itu Rakyat. Tidakkah berdosa seorang yang katanya akan menjadi wakil rakyat justru memberi pengajaran politik yang keliru, money politik, goods politik, aksi suap. Uh, munafik rasanya kalau legislatif selalu menyalahkan eksekutif, harusnya kita salahkan saja dua-duanya. Humm..bukan menyalahkan si lebih tepatnya, karna tidak ada unsur konstruktif dari aksi menyalahkan, melainkan kita tuntut saja mereka untuk bertanggung jawa dan menyadari sebenar-benarnya tugas dari wakil rakyat dan pelayan masyarakat.
Menjadi sebenar-benarnya pemimpin yang legowo, mengurutkan tujuan masyarakat pada bagian teratas dari kepentingan – kepentingan lain. Bukan..bukan hanya bullshit, tapi ketika tugas dan tanggung jawab tersebut benar – benar terpatri dalam jiwa seorang pemimpin, maka insyaAllah Indonesia akan menjadi makmur kawan..
Seandainya saya seorang pemimpin.. tapi tidak, saya adalah seorang wanita, saya tidak akan menjadi pemimpin, tapi akan menciptakan calon – calon pemimpin, mengasuh dan mendidiknya menjadi pemimpin yang bertanggung jawab kelak.. (cita-cita seorang wanita, setelah menyempurnakan ibadah suatu hari nanti).