• @bouT me
    • cOntAct Me
    • profiLe
    • seJArAh
    • sLogAn
  • F@mily
    • brotHer & sisTers
    • emBah
    • BaPak & iBu
  • Rek@n Kerja
  • ST3
  • STBK

PIPIEW

~ me, my words 'n my mind

PIPIEW

Category Archives: My Voice

My Speech*)

13 Selasa Mar 2012

Posted by pipiew in My Voice

≈ 1 Komentar

Tag

decentralization program, DSF, ladies and gentlemen, scholar awardees, UK scholarship

Ladies and Gentlemen, Distinguished Guests,

On behalf of DET Master Scholar awardees, I am honored to speak in front of you at the very end of DET program granted by DSF World Bank and its partners.

It has been a long journey for us and also a very short experience at the same time. A long journey of doing our assignments, writing dissertation and dealing with university stuff. But also a too short period to explore everything about Britain, including its beautiful places, kindly people, fascinating history, public facilities (and off course the great boxing days J).

Ladies and gentlemen,

Being DET scholars give an important meaning for us. We have experienced many things since the first time we arrived in the UK. The first lesson we learnt was the UK learning system. Most of universities combine theory and case study in their lectures. This is a good point for us because we may apply our job experiences within the framework which is taught in the class session. On the other hand, the universities may enrich their scientific study with our real case study.

As a representative from local government, I learned how to analyze socio-economic development project in global lenses that may support strategic decision in local government, specifically for province outside Java. I also learned that decentralization should be supported by many aspects, including technology. For example, information technology may be applied as an important means in delivering information from government to public, as well as between central and local government in order to achieve the goal of good governance. At the same time, technology may also strengthen decentralization program, even though there is a need to review the concept of decentralization itself in Indonesia for more comprehensive and on the right target. This is the second lesson that I got. Baca lebih lanjut →

An Inconvenient Truth

27 Minggu Jun 2010

Posted by pipiew in My Voice

≈ 1 Komentar

Global Warming? sudah lama terdengar di seantero dunia, iklan televisi, poster dan baliho di tengah kota, slogan jargon yang senantiasa diselipkan di setiap event. Tapi maaf, saya baru benar – benar tergugah ketika menikmati film dokumenter “An Inconvenient Truth”, telat banget seeh.. Kesadaran untuk mengurangi polusi, menanam sebanyak – banyak pohon yang bisa kita tanam, penghematan energi listrik, dsb sudah sedari lama saya sadari, tetapi hanya sepersekian persennya saya lakukan. Tetapi Al Gore, menyuguhkan berbagai fakta berupa statistik dan bukti visual akan kekritisan alam kita saat ini.

Berawal dari kegiatan funny-educatednya Maureen feat Gai feat Michael (para tentor di IALF), di minggu keempat kami memfasihkan lidah barat, kami disuguhkan sebuah film yang katanya penuh dengan grafik (sebagai bekal salah satu varian tes wajib kami nanti, writing..). Saya pikir ini film akan membosankan (karena tidak ada subtitle :p ), dan memang membosankan karena tidak seratus persen mengerti apa yang dijelaskan, heu. Tetapi mata tiba – tiba terasa tidak sanggup berkedip ketika melihat fakta bahwa kondisi di beberapa belahan dunia sudah sangat – sangat memprihatinkan, bumi kita butuh sentuhan perlindungan.

Gunung es yang kian mencair, kekeringan di wilayah Afrika, emisi karbon yg meningkat sangat tajam di beberapa tahun terakhir, temperatur bumi yang kian meningkat, rasanya menjadi merasa bersalah mengingat kebiasaan menghambur-hamburkan energi belum juga dapat dikurangi. Padahal efek yang dihasilkan tidak hanya untuk diri sendiri, tapi yang lebih penting untuk lingkungan sekitar. Kebayang donk kalo Pontianak menjadi the next city yang penduduknya harus diungsikan karena hampir tenggelam? Penduduk di Carteret Island sudah diungsikan ke New Zealand, karena mulai “terendam”. Innalillahi.. Baca lebih lanjut →

Hiburan

11 Jumat Des 2009

Posted by pipiew in My Voice

≈ 14 Komentar

Tag

hiburan, mall, menghibur, permainan

Hiburan buatku adalah membaca novel Harry Potter diiringi melodi melankolis milik James Hannigan. Hiburan menurutku adalah menyendiri dan menulis. Mencuci bertumpuk pakaian kotor bukanlah bekerja ketika ditemani suara merdu Gita Gutawa yang mengalun merdu melalui speaker kepala. Bepergian ke mall akan terasa kurang lengkap jika belum menjejakkan kaki di toko buku, meskipun sekedar membaca sampul depan novel asing keluaran terbaru.

Setiap individu mempunyai cara menghibur masing – masing, yang mungkin berbeda antara satu dengan yang lainnya. Meskipun ada pula cara – cara yang dianggap lazim dan umum, misalnya mengunjungi tempat – tempat wisata atau menghabiskan waktu hanya untuk “berbelanja jendela”. Well, yang terpenting adalah tujuan utama dari menghibur itu terealisasi sempurna, relaksasi terhadap ketegangan otot – otot yang senantiasa dipaksa bekerja keras, mengendurnya syaraf di kening yang seringkali diajak berpikir keras, atau sekedar melepaskan penat yang terkungkung dalam kalbu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa cara seseorang menghibur diri dipengaruhi kuat oleh kebiasaan, lingkungan sekitar dan fasilitas yang tersedia. Kebiasaan seringkali merupakan wujud nyata dari “cara didikan” di level terendah komunitas manusia, yaitu keluarga. Bisa saja suatu cara menghibur diri diwariskan secara turun temurun terhadap anak cucu. Meskipun belum didukung oleh persentase fakta ilmiah hasil penelitian formal, secara umum dapat diketahui bahwa Tingkat rileks dan zona aman dalam sebuah keluarga cenderung tidak jauh berbeda satu sama lain. Keluarga ilmuwan misalnya, mempunyai cara menghibur diri dengan membaca beberapa tumpuk buku ilmiah, atau mengurung diri dalam ruang laboratorium tertutup.

Lingkungan sekitar menempati posisi kedua dalam mempengaruhi cara seseorang menghibur diri. Sebagian karena pengaruh teman sepergaulan. Gengsi dan egoisme diri biasanya turut berperan penting dalam menciptakan gaya menghibur diri, yang sayangnya terkadang justru melenceng jauh dari konsep relaksasi / ketenangan yang sesungguhnya. Hal ini rawan terjadi di usia remaja, ketika seseorang berlomba mencari jati diri.

Pengaruh yang terakhir adalah fasilitas umum yang tersedia. Dulu, seseorang dapat menemukan caranya sendiri menghibur diri tanpa harus menghabiskan uang receh demi parkir di mall, anak – anak lelaki tidak harus bermain game online untuk menghibur diri, wanita tidak juga perlu berulang kali menggesekkan kartu kredit untuk berbelanja pakaian mahal. Kesemuanya menjadi demikian karna adanya fasilitas yang mendukung. Sedangkan di sisi lain, sebuah cara menghibur diri akan segera punah karena kurangnya ketersediaan fasilitas. Permainan layang – layang atau kelayang mulai sulit ditemui di daerah perkotaan karena tidak adanya lahan kosong tanpa jaringan listrik dan tidak mengganggu pengguna jalan.

Yeah, tanpa sadar kita juga turut menyukseskan kepunahan cara – cara tradisional menghibur diri yang tidak sedikit mengandung unsur edukasi. Sebutlah permainan congklak yang berarti sama saja dengan belajar berhitung tingkat dasar dengan cara yang sama sekali tidak menimbulkan stres terhadap anak. Atau permainan lompat tali yang menguji kemampuan atletik seorang anak. Well, begitulah manusia, menciptakan kemudahan sekaligus menghancurkan sumber ketenangan yang lainnya.

Rumah Gadang yang sedang terguncang..

01 Kamis Okt 2009

Posted by pipiew in My Voice

≈ 6 Komentar

Membayangkan perasaan takut bercampur kepanikan ketika diguncang bumi. Innalillahi..sungguh tak terbayangkan. Ketika bayangan tsunami menghantui setiap derap langkah kaki yang mengayun menghindari bahaya. Mungkin kehilangan nyawa terasa lebih baik daripada mengetahui kenyataan akan ketidakberadaan orang – orang yang dicintai. Innalillahi..turut berduka cita, saudaraku..

Deru kendaraan bersahutan dengan teriakan kegelisahan. Orang tua berlarian menyelamatkan sang anak, ibu – ibu bertangisan, harta tidak lagi menjadi urutan pertama untuk diselamatkan. Ah, saudaraku..sedih nian mendengar rintihanmu..semoga Yang Kuasa melindungi orang – orang yang beriman. Amin..

Dengan penuh kesadaran, Pariaman bukanlah yang pertama dan mustahil menjadi yang terakhir. Dimanapun dan kapanpun, do’a kami selalu untuk yang terbaik. Sebuah cobaan saudaraku, ingatlah Dia Yang Maha Mengingat. Dan ingatlah, saudaramu hingga Merauke meluangkan berjuta tangan untuk membantu. Kalian tidak sendiri..

– teruntuk saudara setanah air, korban gempa di Padang dan sekitarnya –

Mengheningkan Cipta

20 Senin Apr 2009

Posted by pipiew in My Voice

≈ 4 Komentar

“Kau ku kenang wahai..Bunga Putera Bangsa..”

Sayup – sayup alunan melodi iringan ritual Mengheningkan Cipta tersebut menghampiri telinga. Terasa syahdu dan menggetarkan jiwa. Seolah kembali pada memoar para tetua yang kala itu mengangkat senjata demi kemerdekaan negeri kita tercinta, Indonesia. Dan mereka BERHASIL !!

Kini, saat ini, kita tidak perlu lagi bersusah payah membuat bambu runcing, tidak lagi harus berlari kocar – kacir ketika penjajah menyerang, tidak juga harus bersembunyi di dalam ruang bawah tanah untuk menghindari tembakan dan ledakan bom.

Tapi sayangnya, kita harus tetap bertahan dari serangan penjajah yang menyusup melalui celah-celah budaya dan modernisasi yang jarang kita sadari. Ya, kita sedang terjajah. Bahkan dari negeri sendiri.

Berhentilah berbicara tentang nasionalisme ketika diri kita pribadi tidak pernah benar-benar berpikir tentang kesejahteraan dan pemerataan. Indonesia tidak hanya Saya dan Presiden. Indonesia juga bukan hanya legislatif dan eksekutif. Indonesia itu Rakyat. Tidakkah berdosa seorang yang katanya akan menjadi wakil rakyat justru memberi pengajaran politik yang keliru, money politik, goods politik, aksi suap. Uh, munafik rasanya kalau legislatif selalu menyalahkan eksekutif, harusnya kita salahkan saja dua-duanya. Humm..bukan menyalahkan si lebih tepatnya, karna tidak ada unsur konstruktif dari aksi menyalahkan, melainkan kita tuntut saja mereka untuk bertanggung jawa dan menyadari sebenar-benarnya tugas dari wakil rakyat dan pelayan masyarakat.
Menjadi sebenar-benarnya pemimpin yang legowo, mengurutkan tujuan masyarakat pada bagian teratas dari kepentingan – kepentingan lain. Bukan..bukan hanya bullshit, tapi ketika tugas dan tanggung jawab tersebut benar – benar terpatri dalam jiwa seorang pemimpin, maka insyaAllah Indonesia akan menjadi makmur kawan..

Seandainya saya seorang pemimpin.. tapi tidak, saya adalah seorang wanita, saya tidak akan menjadi pemimpin, tapi akan menciptakan calon – calon pemimpin, mengasuh dan mendidiknya menjadi pemimpin yang bertanggung jawab kelak.. (cita-cita seorang wanita, setelah menyempurnakan ibadah suatu hari nanti).

Egosentris

10 Jumat Apr 2009

Posted by pipiew in My Voice

≈ 1 Komentar

Beberapa waktu yang lalu, ketika masing-masing aparatur pemerintah daerah mulai disibukkan dengan perubahan struktur organisasi perangkat daerah (SOPD) yang baru, peleburan dan penggabungan instansi beserta penambahan dan pengurangan urusan wajib dan pilihannya ikut merisaukan tatanan unit kerja yang sudah mapan. Evaluasi terhadap beban kerja dan kesesuaian uraian tugas pokok masing-masing instansi, demikian landasan terjadinya perubahan SOPD di tempat saya bernaung yang resmi diputuskan pada bulan Oktober 2008 lalu.

Ini pengalaman pertama saya merasakan perombakan organisasi di lingkungan pekerjaan. Kebetulan unit kerja yang selama ini menjadi “rumah” dimana saya mengabdikan diri mengalami perubahan yang cukup besar. “Rumah” lama dilebur, dibagi menjadi dua urusan yang masing-masing menyisip pada dinas / badan lain. Perlu diketahui, bahwa pada perubahan sopd yang sebelumnya, kurang lebih tiga tahun yang lalu, “rumah” awal saya ini adalah hasil penggabungan dari dua urusan yang berbeda tersebut, juga berasal dari dua instansi yang berbeda pula.
<!–more–>
Perubahan tatanan organisasi tersebut mau tidak mau diikuti dengan perubahan formasi aparatur, pejabat, rencana kerja, anggaran serta aset masing-masing kantor. Well, kali ini saya akan membahas perihal rencana kerja dan anggaran.

Proses adaptasi pertama yang dilakukan adalah memisahkan kembali kegiatan dan anggaran sesuai dengan urusan wajib masing-masing bidang, kemudian mengintegrasikannya kepada unit kerja yang baru. Meskipun judulnya demikian, namun tanggungjawab memproses kesemua hal tersebut ke dalam satu sistem tetap harus dilakukan oleh pegawai dari dinas asal. Sayangnya, perubahan status semacam ini sering tidak ditunjang dengan komunikasi dan kerjasama yang baik antar instansi yang akan melebur / bersatu.

Masing-masing urusan mempunyai tingkat urgensi yang sama, dengan jatah waktu pemrosesan yang tidak pula berbeda. Waktu itu, saya masih berpegang teguh pada status kepegawaian, secara de jure saya masih bertanggungjawab mengentri data untuk kedua urusan tersebut, tidak peduli akan kemana saya berhijrah nantinya.

Sampai pada saat-saat pemrosesan akan berlangsung, masing-masing bidang yang akan segera terpecah tersebut mulai menunjukkan egonya.
Seorang penanggungjawab salah satu bidang sempat berkata dengan nada tinggi,
“Fifi ini orang inf*kom atau ke*rsipan sih?!”, hanya karena pada awalnya saya berniat mengerjakan salah satu urusan (yang bukan urusan si penanggungjawab tersebut) terlebih dahulu.
Saking terkejutnya, saya menjawab,
“Bukan dua-duanya bu, saya orang pemprov kok”

Pantas saja selama bekerja di “rumah” lama, rasanya ada bagian kekeluargaan yang terpecah. Masing – masing belum sanggup menanggalkan egonya, bahkan hingga pada akhirnya berpisah kembali. Saya cukup tahu tanggapan dari masing – masing blok terhadap blok lain, ada kesalahan komunikasi disana, ada salah pengertian hingga ke level pegawai yang terbawah (staf), sayangnya tidak semua pejabat mencoba meluruskan anggapan – anggapan tersebut. Jadinya, keuntungan ada di pihak – pihak yang memanfaatkan ketidakkompakan tersebut. Ahh sudahlah, sudah berlalu..semoga segala sesuatunya menjadi lebih baik.

Pemuda dan Pahlawan

12 Rabu Nov 2008

Posted by pipiew in My Voice

≈ 9 Komentar

Tag

pahlawan, pemuda, sumpah pemuda

Semoga belum terlambat demi mengisi peringatan Hari Pahlawan beberapa hari yang lalu dengan semangat Sumpah Pemuda yang juga baru diperingati beberapa waktu lalu.

Pemuda dan Pahlawan, dua sosok kuat penggerak nasionalisme. Jika Sumpah Pemuda dicetuskan 80 tahun yang lalu untuk mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa pada masa itu, maka Sumpah Pemuda Kedua mestinya mendesak untuk segera diproklamirkan, kecuali sisa-sisa semangat di tahun 1928 tersebut masih cukup membara untuk membakar jiwa-jiwa muda Indonesia yang kaya potensi. Iya, pemuda adalah motor kehidupan berbangsa, dimana sumbu regenerasi mulai disulut.

Pemuda, dengan pemikirannya yang kritis dan inovatif adalah aset penggerak dinamisme kebangsaan ke arah yang lebih baik, tanpa meninggalkan pemikiran bijak ex-pemuda (baca : tetua) yang kaya pengalaman. Tapi sayang, tidak semua Pemuda Indonesia seperti yang diharapkan. Indonesia tidak lagi membutuhkan Pemuda yang pesimis, pemuda penuntut tanpa solusi, pemuda dengan intrik kekerasan yang tidak konstruktif, pemuda yang menganggap kebiasaan buruk adalah hal biasa, bahkan ironisnya semakin mempertahankan budaya menghabiskan uang negara tanpa imbangan hasil kerja dan/atau pemikiran pembangunan.

Pemuda, bukan hanya saya dan anda, tetapi sekitar 86.017.500 penduduk Indonesia adalah Pemuda. Bayangkan jika 80% dari 86 juta jiwa tersebut memberdayakan sebagian kemampuannya untuk memikirkan nasib bangsa, dengan landasan semangat persatuan, maka kita semua akan menjadi Pahlawan Masa Kini. Kita tidak lagi memerlukan bambu runcing, tetapi cukup dengan otak runcing. Kita juga tidak lagi perlu berlari menerjang musuh di medan perang, tetapi cukup menerjang kemiskinan yang melanda 17,75% masyarakat Indonesia.

Anda semua adalah pahlawan, kita semua adalah pahlawan, seberapapun sumbangan yang direlakan demi Indonesia yang lebih baik. Terdengar berlebihan kah? paling tidak sila ketiga dari Pancasila sudah dan sedang kita rintis, dengan langkah yang cukup mudah, sekedar berkunjung ke situs saudara-saudara dari Sabang sampai Merauke, sama saja artinya dengan menjalin kembali Persatuan, meskipun dari dunia maya toh kita tetap saja satu Indonesia, ya kan? Merdeka!!

PNS – Born to be Fool?

19 Jumat Sep 2008

Posted by pipiew in My Voice

≈ 33 Komentar

Tag

ilmu, pns

Focus Group Discussion (FGD), adalah forum diskusi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat Republik Indonesia dalam rangka mempersiapkan strategi rencana program / kegiatan jangka menengah pemerintah pusat. Forum ini bertujuan untuk mendengar saran dan pendapat, atau lebih tepatnya keinginan serta harapan ke depan yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat di daerah dalam rangka mengcover kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya dan memprioritaskan program / kegiatan yang lebih urgen untuk nantinya diimplementasikan secara general dan berlaku untuk seluruh pemerintah dan masyarakat daerah. Demikian kira-kira pengertian FGD menurut saya.

Kamis lalu saya ditugaskan menjadi notulen dalam FGD yang diselenggarakan oleh Depkominfo tersebut. Ini adalah FGD saya yang kedua. Menjadi notulen dalam diskusi 2 jam tanpa henti adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah (mendengar, menelaah dan menulis secara bersamaan dengan hasil rangkuman yang enak dibaca langsung dari layar dalam sekejap), terhitung lebih mudah sih ketimbang FGD perdana saya yang berlangsung dari pagi sampai sore hari. Kali ini masalah yang dibahas adalah rencana pembangunan Nasional ICT Training Center yang diperuntukkan bagi para Pegawai Negeri Sipil (baik di daerah maupun pegawai pusat) dan karyawan swasta diluar PNS. Sekeretaris Menteri Kominfo langsung datang dari Jakarta untuk memimpin jalannya diskusi dengar pendapat. Anggota / narasumber terdiri dari para akademisi beberapa perguruan dan lembaga pelatihan IT di Pontianak, unsur pemerintah yang diwakili Bappeda dan BKIKD Provinsi, serta perwakilan dari masyarakat telematika Kalimantan Barat.
Baca lebih lanjut →

Kisah Seorang Teman

11 Kamis Sep 2008

Posted by pipiew in My Voice

≈ 9 Komentar

Tag

budaya

Beberapa hari yang lalu seorang teman lama datang kembali dari kota besar untuk urusan perpanjangan administrasi surat-menyurat kependudukan. Sudah menjadi kebiasaan, jika salah satu dari dua puluh orang anggota Angkatan IV datang dari tanah perantauan, walaupun hanya sebentar, wajib diadakan acara “ngumpul” bersama. Sejak kepindahan Retno ke kantor statistik provinsi, tugas menjadi EO di setiap acara kumpul-kumpul terasa jauh lebih ringan.

Lima orang dari kami yang menetap di Pontianak lengkap hadir kecuali Bubul, the oldest, biasanya di bulan puasa seperti ini memang kegiatannya padat, maklumlah membidangi masalah sosial dan keagamaan di kompleks perkantoran gubernur. Bertemu teman lama seperti memutar kembali video masa lalu yang tersimpan permanen dalam memori, mengekstraknya perlahan dan memainkannya dalam teater kecil di alam pikiran.

Humm..tidak terasa sebagian dari kami telah melepas masa lajangnya, memperistri seorang mantan teman dan sedang menunggu ditiupkannya ruh titipan Allah, Sang Maha Pemberi Kehidupan. Seorang teman, sebutlah Ahmad, adalah salah satu yang menunggu saat-saat membahagiakan tersebut. Tapi sayang, sebuah masalah masih enggan beranjak darinya. Menikah sudah lebih dari 6 bulan dan telah berjuang dalam jangka waktu yang lebih lama lagi, ternyata kesempatan mereka untuk tinggal bersama layaknya satu keluarga utuh belum juga dikabulkan. Suami istri sama-sama PNS, yang satu tinggal dan bekerja di Tasikmalaya, sedang si suami membalas jasa Pemda di sebuah kecamatan daerah terpencil kira-kira 5 jam dari kota Pontianak. Baca lebih lanjut →

Peringatan 17 Agustus

18 Senin Agu 2008

Posted by pipiew in My Voice, Soul

≈ 13 Komentar

Tag

17 Agustus, Dirgahayu RI, Hari Merdeka, HUT RI, Lagu Nasional

Horee…Hari Merdeka!! Indonesia Ulang Tahun lagi..
Upacara, lomba 17-an, pasang bendera, jalan santai adalah ritual tahunan yang selalu dinantikan.

Sejenak mari lupakan masalah pelik yang tak henti menghantui bangsa, ini adalah pesta rakyat, pesta seluruh bangsa Indonesia, tanpa peduli di manakah kaki ini berpijak, di ujung paling timur tanah Papua ataukah di antara perbatasan negara serumpun, dan bahkan di negeri rantauan nun jauh disana.

Indonesia, ini saatnya melihat kembali ke belakang untuk belajar, menerawang jauh ke depan untuk mewujudkan impian, memperlakukan masa kini sebagai titik awal pembangunan. ya, kita tidak lagi berada pada era pasca-pembangunan, karena sebagian besar yang telah dibangun di masa yang lalu hanyalah puing yang tertinggal, kita harus membangun lagi, dari awal, namun dengan bekal pengalaman dari masa lalu dan mengevaluasi setiap langkah dengan poin koreksi dari kegagalan yang kemarin.

Indonesia, masih ada harapan untuk kita..
meskipun semakin banyak orang yang lupa akan syair hari besarmu, Garuda Indonesia-mu semakin dianggap hanya sebagai hiasan dinding..namun setidaknya, Merah Putih masih berjajar menghiasi setiap halaman depan rumah warga, simbol ulang tahunmu masih menghiasi blog2 milik blogger Indonesia, masih banyak artis dan penyanyi ibukota yang mau berpartisipasi dalam rangka memeriahkan hari jadimu, walaupun lagu yang dinyanyikan bukanlah bertemakan Nasional, padahal belum tentu setahun sekali kita disuguhi nyanyian-nyanyian kebangsaan *pantesan anak2 sekolah banyak yang ga hafal*, padahal pengen lho denger Gita Gutawa menyanyikan Tanah Airku dengan suara khas soprannya, Yovie & the Nuno dengan Indonesia Pusaka, The Changcuters dengan Hari Merdeka tanpa “I love Indonesia” tapi “Aku Cinta Indonesia”, juga Slank dengan Garuda Pancasila, pasti akan terdengar lebih merdu. Atau, Kalau mereka mempunyai keterbatasan dalam menyanyikan lagu nasional atau lagu daerah, entah untuk alasan apapun, ya sudah, serahkan saja pada Elfa’s Singers yang berulang kali memenangkan World Choir Games, dijamin dengan senang hati mereka akan membawakannya, wong Olympic tahun 2000 dulu mereka jadi juara karena membawakan medley lagu daerah khas negeri sendiri kok.

Humm..itulah segumpal fakta di hari peringatan Kemerdekaan Indonesia tercinta yang ke-63, miris, tapi ini pelajaran untuk kita para pembangun bangsa, sebelum lagu Tanah Airku dinyanyikan dalam bahasa lain lagi (selain China), relakah lagu merdu nan syahdu milik kita diperdengarkan dalam instrumen dan bahasa negara lain?? orang asing saja terlihat begitu menikmati sajian khas musik & lagu khas bangsa Indonesia, bukankah kita seharusnya lebih bangga?

← Older posts

Berlangganan

  • Entries (RSS)
  • Comments (RSS)

Arsip

  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • April 2015
  • Maret 2015
  • November 2013
  • Maret 2012
  • Oktober 2011
  • Agustus 2011
  • April 2011
  • Maret 2011
  • Januari 2011
  • Desember 2010
  • November 2010
  • Agustus 2010
  • Juli 2010
  • Juni 2010
  • April 2010
  • Maret 2010
  • Februari 2010
  • Januari 2010
  • Desember 2009
  • November 2009
  • Oktober 2009
  • September 2009
  • Agustus 2009
  • Juli 2009
  • Juni 2009
  • Mei 2009
  • April 2009
  • Maret 2009
  • Desember 2008
  • November 2008
  • Oktober 2008
  • September 2008
  • Agustus 2008
  • Juli 2008
  • Juni 2008
  • Mei 2008
  • April 2008
  • Maret 2008
  • Februari 2008
  • Januari 2008
  • Desember 2007
  • November 2007
  • Oktober 2007
  • September 2007
  • Agustus 2007
  • Juli 2007

Kategori

  • Ga Penting
  • Hari-Hari
  • My Voice
  • Pinter
  • Potterology
  • Soul
  • Truly Madly Deeply
  • Unforgetable Moment

Meta

  • Daftar
  • Masuk

Blog di WordPress.com.

Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie