Tag

, , ,

Berada di salah satu bagian dari Eropa. Sampai hari ini masih saja terasa seperti mimpi. Aku dsini, menginjak daratan empat musim, berada di belahan bumi yang lain, berjarak 7 jam x 15 derajat garis longitudinal dari tanah kelahiran, berbahasa asing dengan berbagai dialek yang sulit dimengerti. Ah, sulit dibayangkan, meskipun bukan lagi menjadi bayangan.

Tiga bulan, bukan waktu yang cukup untuk beradaptasi. Toh tubuh ini masih saja kedinginan di suhu 8 derajat celcius. Lidah ini masih keseleo melafalkan ejaan English. Telinga ini masih belum bersahabat dengan aksen British. Kening ini masih juga berkerut mencoba mengerti maksud kalimat yang dilontarkan lawan bicara. Inggris, negeri impian sekaligus negeri derita.

Hal yang paling mengagetkan adalah proses akhir dari sebuah pencarian ilmu dalam satu subjek mata kuliah. Tadinya diri ini seakan rindu merasakan aktifitas menjadi seorang mahasiswi. Tapi apa daya, menjadi mahasiswi di negeri ini tidak semudah yang dibayangkan. Menulis essay tidak selancar mengupdate status facebook. Mencari data tidak segampang menemukan serial film favorit di youtube. Menganalisis teori tidak semudah membanding – bandingkan harga di situs eBay. Tantangan baru saja dimulai.

Namun semua tantangan dan kesulitan terasa sebanding dengan keelokan negeri ini yang luar biasa menakjubkan. Bukan berarti melebihi keindahan alam di negeri sendiri. Yang membuatnya begitu istimewa adalah sensasi “seperti di tivi-tivi” yang dirasakan. Ketika kecil dulu kita hanya menyaksikan kisah Alice in Wonderland atau the Wizard of Oz yang melegenda. Membayangkan alam yang melatar-belakangi scene-nya. Mengira – ngira kerindangan hutan pinus ala Eropa pada kisah Putri Salju dan Tujuh Kurcaci. Memimpikan untuk menyentuh salju yang dirasakan Gadis Penjual Korek Api. Dan sekarang, tiba -tiba impian itu ada di depan mata.

Menyentuh salju dan memperhatikan setiap segi-enam butirannya. Menikmati hamparan lahan hijau dengan domba dan kudanya. Mengagumi kastil tua yang kokoh di atas batanya. Meniti setiap senti lukisan bangsawan Eropa nan anggun dan gagah di atas singgasananya. Menjelajah jalanan kota tanpa henti memandang bangunan legendaris di sekitarnya. What a wonderful land…

Rasanya ingin menulis setiap tempat yang dikunjungi. Sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kesempatan langka ini. Mencoba mengajak anda yang belum berkesempatan kemari untuk ikut menikmati keindahan dan sensasi ‘Barat’ yang terasa. Ah, saya ingin kembali aktif menulis. Ternyata assignment – assignment*) itu telah memberi berdampak positif terhadap keaktifan saya menulis kembali (ternyata menulis blog jauh lebih menarik ketimbang menulis essay ;p). Yeah, segala sesuatu memang akan terasa lebih gampang ketika kita telah merasakan yang jauh lebih sulit dari hal tersebut. Terlepas dari menarik atau tidaknya tulisan ini, atau tepat atau tidaknya pemilihan kata yang digunakan, saya akan terus menulis.. ^_^

Assignment = tugas yang disyaratkan sebagai syarat untuk kelulusan suatu mata kuliah (semester ini semua assignment saya berupa essay πŸ™‚ ).

Alnwick Castle