Tag

, , ,

“Saya?? kok tumben, jadi kayak mbaca laporan perjalanan, hehehe..” demikian kira-kira komentar abang angkat terhadap postingan terakhir mengenai “Serba 5000“. Humm..sebelum jumlah postingan sampai di angka 20, dan sekilas pernah ditulis disini, suatu permohonan maklum disampaikan kepada para pembaca kalau-kalau nantinya akan terjadi penggunaan berbagai macam bentuk penyebutan kata tunggal pertama, seperti Fi, Gw, Aku ataupun Saya, tergantung situasi dan mood ketika tulisan dibuat.

Tak jarang bingung untuk menentukan bentuk mana yang lebih enak dipakai. Untuk tulisan pribadi kata yang cenderung lebih sering dipakai adalah “Fi”, berbeda dengan postingan curhat (baca : omong kosong) yang lebih nyaman menggunakan “Aku”, atau tulisan acakadul yang terkadang terasa luwes dengan penggunaan “Gw”. Namun beberapa postingan terakhir kata “Saya” lebih banyak digunakan, rasanya kurang pantes aja kalau yang diomongin masalah serius tetapi bahasa yang digunakan kurang baku.

Saking tidak konsistennya terhadap penggunaan kata tunggal pertama ini, terkadang melakukan usaha yang cukup keras untuk menghilangkan penyebutan diri sendiri dalam sebuah tulisan, seperti tulisan ini, namun jadinya kok malah aneh ya, hehe..

Sebenarnya penyebutan terhadap diri sendiri dalam semua tulisan yang pernah dibuat ini merupakan saduran dari penyebutan diri sendiri dalam dunia nyata. Sesuai urutan waktu, sebutan “Fi” berlaku ketika duduk di bangku SMP. Begitu menginjak deretan kamar tidur asrama di masa SMA, maka sebutan itu berubah menjadi “Aku” karena dianggap lebih akrab terhadap sesama teman seangkatan. Selain “Saya” di setiap keperluan formal terhadap guru, pamong, senior dan junior, sebutan “Fi” masih sesekali dipakai untuk menyebut diri di hadapan senior-senior tertentu dan tentunya di luar acara formal.

Nah, kalau “Gw” sudah pasti didapet di lahan bekas berdirinya Radio Republik Indonesia tempat peristiwa bersejarah Bandung Lautan Api pernah terjadi *katanya* (makanya disono banyakan hantu Belanda-nya << kata yang pernah ngeliat, hiiy..). Sebutan ini pun sejatinya jarang sekali dipakai, yang ada ya campur aduk diantara empat sebutan tersebut, tergantung situasi dan teman mana yang dihadapi.

Oya, ada satu sebutan lagi yang sekarang hampir tidak pernah digunakan lagi, yaitu “Kite”. Beda dengan “Kita”, “Kite” berarti “saya” menurut bahasa Melayu Pontianak sehari-hari. Itu berlaku selama 6 tahun duduk di Sekolah Dasar. Sebenernya pengen juga sekali-sekali buat postingan dengan sebutan “Kite”, tapi nanti malah jadi pada binun, hehehe..